Sejarah
kota Bangkalan Madura Posted by novysweeety on February 22, 2008 Bangkalan,
Radar.- Bangkalan dulunya lebih dikenal dengan sebutan Madura barat. Penyebutan
ini, mungkin lebih ditekankan pada alasan geografis. Soalnya, Kabupaten
Bangkalan memang terletak di ujung barat Pulau Madura. Dan, sejak dulu, Pulau
Madura memang sudah terbagi-bagi. Bahkan, tiap bagian memiliki sejarah dan
legenda sendiri-sendiri. Berikut laporan wartawan Radar Madura di Bangkalan,
Risang Bima Wijaya secara bersambung. Menurut legenda, sejarah Madura barat
bermula dari munculnya seorang raja dari Gili Mandangin (sebuah pulau kecil di
selat Madura) atau lebih tepatnya di daerah Sampang. Nama raja tersebut adalah
Lembu Peteng, yang masih merupakan putra Majapahit hasil perkawinan dengan
putri Islam asal Campa. Lembu Peteng juga seorang santri Sunan Ampel. Dan,
Lembu Peteng-lah yang dikenal sebagai penguasa Islam pertama di Madura Barat.
Namun dalam perkembangan sejarahnya, ternyata diketahui bahwa sebelum Islam,
Madura pernah diperintah oleh penguasa non muslim, yang merupakan yang berasal
dari kerajaan Singasari dan Majapahit. Hal ini diperkuat dengan adanya
pernyataan Tome Pires (1944 : 227) yang mengatakan, pada permulaan dasawarsa
abad 16, raja Madura belum masuk Islam. Dan dia adalah seorang bangsawan mantu
Gusti Pate dari Majapahit. Pernyataan itu diperkuat dengan adanya temuan –
temuan arkeologis, baik yang bernafaskan Hindu dan Bhudda. Temuan tersebut
ditemukan di Desa Kemoning, berupa sebuah lingga yang memuat inskripsi. Sayangnya,
tidak semua baris kalimat dapat terbaca. Dari tujuh baris yang terdapat di
lingga tersebut, pada baris pertama tertulis, I Caka 1301 (1379 M), dan baris
terakhir tertulis, Cadra Sengala Lombo, Nagara Gata Bhuwana Agong (Nagara: 1,
Gata: 5, Bhuwana: 1, Agong: 1) bila dibaca dari belakang, dapat diangkakan
menjadi 1151 Caka 1229 M. Temuan lainnya berupa fragmen bangunan kuno, yang
merupakan situs candi. Oleh masyarakat setempat dianggap reruntuhan kerajaan
kecil. Juga ditemukan reruntuhan gua yang dikenal masyarakat dengan nama Somor
Dhaksan, lengkap dengan candhra sengkala memet bergambar dua ekor kuda mengapit
raksasa. Berangkat dari berbagai temuan itulah, diperoleh gambaran bahwa antara
tahun 1105 M sampai 1379 M atau setidaknya masa periode Singasari dan Majapahit
akhir, terdapat adanya pengaruh Hindu dan Bhudda di Madura barat. Sementara
temuan arkeologis yang menyatakan masa klasik Bangkalan, ditemukan di Desa
Patengteng, Kecamatan Modung, berupa sebuah arca Siwa dan sebuah arca
laki-laki. Sedang di Desa Dlamba Daja dan Desa Rongderin, Kecamatan Tanah
Merah, terdapat beberapa arca, di antaranya adalah arca Dhayani Budha. Temuan
lainnya berupa dua buah arca ditemukan di Desa Sukolilo Barat Kecamatan Labang.
Dua buah arca Siwa lainnya ditemukan di pusat kota Bangkalan. Sementara di Desa
Tanjung Anyar Bangkalan ditemukan bekas Gapura, pintu masuk kraton kuno yang
berbahan bata merah. Di samping itu, berbagai temuan yang berbau Siwais juga
ditemukan di makam-makam raja Islam yang terdapat di Kecamatan Arosbaya.
Arosbaya ini pernah menjadi pusat pemerintahan di Bangkalan. Misalnya pada
makam Oggo Kusumo, Syarif Abdurrachman atau Musyarif (Syech Husen). Pada jarak
sekitar 200 meter dari makam tersebut ditemukan arca Ganesha dan arca Bhirawa
berukuran besar. Demikian pula dengan temuan arkeologis yang di kompleks Makam
Agung Panembahan Lemah Duwur, ditemukan sebuah fragmen makam berupa belalai
dari batu andesit. Dengan temuan-temuan benda kuno yang bernafaskan Siwais di
makam-makam Islam di daerah Arosbaya itu, memberi petunjuk bahwa Arosbaya
pernah menjadi wilayah perkembangan budaya Hindu. Penemuan benda berbau Hindu
pada situs-situs Islam tersebut menandakan adanya konsinyuitas antara kesucian.
Artinya, mandala Hindu dipilih untuk membangun arsitektur Islam. Arosbaya
merupakan pusat perkembangan kebudayaan Hindu di Madura Barat (Bangakalan)
semakin kuat dengan adanmya temuan berupa bekas pelabuhan yang arsitekturnya
bernafaskan Hindu, dan berbentuk layaknya sebuah pelabuhan Cina. (Risang Bima
Wijaya)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar